Kamis, 28 Juli 2011

laporan Pratikum pembuatan chlorinator


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
1.      Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. http://id-id.facebook.com/pages/Air-bersih/110714122289808
Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini
Sumber-sumber air bersih ini biasanya terganggu akibat penggunaan dan penyalahgunaan sumber air seperti:
a.    Pertanian. Penghamburan air akibat ketiadaannya penyaluran air yang baik pada lahan yang diairi dengan irigasi (untuk penghematan dalam jangka pendek) dapat berakibat terjadinya kubangan dan penggaraman yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya produktivitas air dan tanah [2]
b.   Industri. Walaupun industri menggunakan air jauh lebih sedikit dibandingkan dengan irigasi pertanian, namun penggunaan air oleh bidang industri mungkin membawa dampaknya yang lebih parah dipandang dari dua segi. Pertama, penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya air nasional, maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah industri yang tidak diolah dapat menyebabkan pencemaran bagi air permukaan atau air bawah tanah, seihingga menjadi terlalu berbahaya untuk dikonsumsi. Air buangan industri sering dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan saja meresap ke dalam sumber air tanah tanpa melalui proses pengolahan apapun. Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.
                          Salah satu upaya meningkatkan kualitas air secara mikrobiologi adalah dengan desinfeksi. Adapun desinfeksi ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri pathogen (penyebab penyakit) yang penyebarannya melalui air dengan cara
a. Kimia Dengan penambahan bahan kimia, seperti : kaporit, Ozone.
b. Fisik Yaitu dengan pemanasan dan penggunaan sinar ultr violet.
Bahan kimia yang paling banyak digunakan untuk mendesinfeksi air adalah CHLOR dan senyawa chlor yang disebut CHLORINASI.Chlorinasi di Indonesia biasanya menggunakan KAPORIT (Ca(OCl)2), karena murah murah, mudah didapat dan mudah penanganannya.
Untuk memudahkan dalam membubuhkan kaporit ke dalam air maka dibuatlah suatu alat pembubuh kaporit yang disebut CHLORINE DIFFUSER.
2.      Chlorine Diffuser.
Kualitas air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat harus bebas dari mikroba pathogen. Chlorinasi adalah salah satu cara membunuh mikroba pathogen dalam air bersih. Chlorinasi yang memenuhi persyaratan menghasilkan sisa chlor 0,3 mg/l (0,2 – 0,5 mg/l
Program kaporitisasi menggunakan chlorine diffuser type vertikal sudah secara rutin dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Hasil pemeriksaan dari 452 sampel air sumur gali menunjukkan sebesar 94,47 % memenuhi syarat fisik, sebesar 76,92 % memnuhi syarat kimia dan hanya sebesar 31,44 % memenuhi syarat bakteriologis. Kenyataan ini menjadikan pertanyaan akan effektifitas chlorine diffuser type vertikal, untuk itu perlu diupayakan type lain. Chlorine diffuser type horisontal adalah salah satu alternatif yang diharapkan dapat lebih efektif sebagai alat pembubuh kaporit dibandingkan type vertikal dalam menurunkan kuman E.coli. Metode penelitian yang dipergunakan adalah Explanatory Survai dengan rancangan studi Quasy Experimental. Pemeriksaan kuman E.coli sebagai indikator keberhasilan kaporitisasi dilakukan dalam tiga tahap pada sebelas sumur gali yang sama. Tahap I adalah pemeriksaan angka kuman E.coli sebelum sumur gali diberikan chlorine diffuser, Tahap II pemeriksaan kuman E.coli setelah sumur gali diberikan chlorine diffuser type horisontal dan Tahap III pemeriksaan angka kuman E.coli setelah sumur gali diberikan chlorine diffuser type vertikal. Dengan menggunakan uji Paired T-test menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan angka kuman E.coli antara sebelum dan sesudah penggunaan chlorine diffuser type horisontal dan vertikal, juga terdapat perbedaan penurunan angka kuman E.coli antara penggunaan chlorine diffuser type horisontal dan vertikal. Sebagai bahan masukan kepada pengelola program air bersih Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan masyarakat setempat agar memaksimalkan penggunaan chlorine diffuser type horisontal. Kata Kunci: Chlorine diffuser type horisontal, type vertikal, E.coli, Air sumur gali
B.  Tujuan Pembuatan Cholorine Diffuser
1.    Mahasiswa biasa menerapkan teknik alat chlorine Diffuser
2.    Mahasiswa biasa menghitung kebutuhan bahan dan peralatan pembuatan alat chlorie diffuser
3.    Mahasiswa biasa membuat alat chlorine diffuser
4.    Mahasiswa biasa mengoprasikan alat chlorine diffuser
5.    Mahasiswa biasa menganalisa biaya pembuatan alat chlorine diffuser
6.    Diperolehnya model alat chlorine diffuser untuk membunuh bakteri pathogen

BAB II
HASIL PRATIKUM  
A.           Alat dan Bahan  Pratikum
Bahan bahan desinfektan antara lain kaporit 60-70%, pipa PVC dengan diameter 2”(1buah), pipa PVC dengan diameter 1” (1 buah), Dop diameter 2 “ dan dop diameter diameter 1”, pasir diameter 0,6-1,0 mm (1 karung), tali plastic/nilon (2 buah) menanggulangi pencemar bakteri dengan indikator E. Coli baik Coli Tinja atau Coliform. Alat yang digunakan adalah sebagai berikut gergaji plastic, gunting, lem plastic, alat ukur, alat bor, ember, gayung dan cup the glass



B.      CARA PEMBUATAN :
1.    Potongan pipa PVC diameter 2” sepanjang 50 cm
2.    Buat lubang dengan diameter 3 mm sebanyak 4 buah (atas 2 dan bawah 2)
3.    Buat lubang pada dop 2” dengan diameter 1
4.    Potong pipa PVC diameter 1”sepanjang 30 cm
5.    Buat lubang dengan diameter 1 mmsebanyak 8 buah (atas 4 dan bawah 4)
6.     Masukan pipa PVC 1” yang sudah dilubangi kedalam pipa PVC 2” yang sudah dlubangi
7.    Cuci pasir 0,6-1,0 mm sampai bersih, kemudian masukan kedalam pipa PVC diameter 2” yang sudah dilubangi
8.    Masukan kaporit 60-70% kedalam pipa 1” sesuai dengan volume air yang digunakan
9.    Masing-masing pipa ditutup dengan dop sesui dengan diameter pipa
10.    Beri tali plastic/nilon pada sisi atas pipa PVC 2”


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
1.      Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
2.      Bahan kimia yang paling banyak digunakan untuk mendesinfeksi air adalah CHLOR dan senyawa chlor yang disebut CHLORINASI.Chlorinasi di Indonesia biasanya menggunakan KAPORIT (Ca(OCl)2), karena murah murah, mudah didapat dan mudah penanganannya. Untuk memudahkan dalam membubuhkan kaporit ke dalam air maka dibuatlah suatu alat pembubuh kaporit yang disebut CHLORINE DIFFUSER.

B.       Saran
1.      Cholorine diffuser merupakan alat yag digunakan untuk melakukan disinfeksi terhadap air yang telah tercemar bakteri-bakteri patogen. Sebaiknya pada saat pembuatan cholorine diffuser bahan-bahan yang digunakan harus terlebih dahulu dibersihkan, seperti pasir, hal ini untuk mencegah adanya kotoran yang masi menempel dipasir sehigga dapat mencemari sarana air bersih.
2.      Didalam  pembuatan cholorine diffuser sebaiknya mengikuti prosedur atau ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh team pengajar, hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil cholorine diffuser yang baik. 

Tidak ada komentar: